Waktu kecil dulu, kota ini adalah sebuah tempat yang tidak berarti banyak bagi saya. Selain langitnya yang begitu biru dan udara yang selalu panas, tidak ada yang bisa saya maknai banyak. Tapi tahun berlalu, saya semakin dewasa, pergi ke kota lain, dan mulai mempelajari ilmu sosial, sejarah, dan budaya yang entah kenapa membuat saya begitu cinta untuk tenggelam di sana, yang membuat perasaan saya terhadap kota ini juga menjadi berubah.

Hal-hal yang dulu saya anggap biasa seperti gedung-gedung tua di Jalan Somba Opu, Pantai Losari, warung kopinya, bahkan matahari yang terbenam di setiap sore perlahan menampakkan cerita-cerita yang selalu ingin saya maknai lebih. Seakan kota ini bukan hanya sekedar tempat tinggal saya lagi, namun dia adalah salah satu bagian dari sejarah dunia yang sama berharganya dengan Kota Athena di Yunani sana. Dan memang saya rasa seperti itu. Setiap tempat memiliki sejarahnya, ceritanya. Lalu saya sadari saya telah jatuh cinta pada kota ini.

Namun semakin saya mengerti lagi, saya juga ingin pindah dari sini. Kadang ketika terlalu kecewa, mempersiapkan diri untuk pergi adalah menjadi pilihan terbaik.

Tapi keinginan untuk melihat tempat ini baik-baik saja juga adalah sesuatu yang tidak bisa berhenti di pikiran saya. Dan bagaimana caranya agar saya berkontribusi untuk itu?.

Setiap hari rasanya saya berhadapan dengan perasaan-perasaan ini.

Makassar, 7 Januari 2019
1

Langit setelah hujan tujuh hari berturut-turut.

2

Perhotelan di sekitar Pantai Losari

3

Tanda yang dibuat sendiri oleh pemilik rumah

4

Bapak-bapak yang nongkrong sebelum warung kopi betul-betul tertutup

5

Mobil yang melewati jalanan kecil di Jalan Somba Opu

6

Tulisan di dinding-dinding pertokoan Somba Opu (1)

7

Tulisan di dinding-dinding pertokoan Somba Opu (2)

8

Reklamasi dari Cafe Pier.